Jadilah Pembangun Pipa, Bukan Pembawa Ember

0 komentar

Ini adalah cerita lama tentang Pablo dan Bruno yang saya dengar dari Burke Hedges ketika datang ke Jakarta tahun 2002 lalu. Ia pun menulis cerita inspiratif ini di bukunya The Parable of The Pipeline (Membangun Pipa Kekayaan).

Cerita ini saya tuliskan kembali untuk mengingatkan saya sendiri sekaligus pembaca blog ini. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita sederhana namun penuh makna ini.

Di tahun 1801, Pablo dan Bruno adalah dua orang saudara sepupu yang tinggal di sebuah lembah di Italia.

Keduanya adalah pemuda yang bersemangat tinggi untuk maju dan meraih cita-cita.

Mereka pun berkhayal, suatu saat akan menjadi orang terkaya di desanya.

Suatu hari, kesempatan pun tiba. Kepala desa mencari 2 orang pemuda untuk membawa air dari sungai yang terletak di pinggir desa ke tempat penampungan air di tengah desa itu.

Pablo dan Bruno mengajukan diri dan mengajukan diri dan mendapat kesempatan itu.

Kemudian keduanya mulai mengangkut air dengan ember. Sepanjang hari mereka bolak balik mengisi bak penampungan. Mereka digaji berdasarkan jumlah ember yang masing-masing mereka bawa.

"Wow, kita akan menjadi orang kaya!", teriak Bruno dengan riang.

Namun Pablo tidak merasa seperti itu. Ia tidak yakin akan kaya dengan cara seperti itu.

Begitu tiba di rumah, ia merasakan punggungnya pegal-pegal. Telapak tangannya nyeri karena lecet.

Pablo berpikir bagaimana caranya supaya bisa mengisi bak penampungan tanpa harus bolak-balik, punggung pegal dan tangan nyeri.

Ia tak mau melakukan pekerjaan seperti itu sepanjang hidupnya.
Ia mengajukan rencana kepada Bruno. "Bagaimana kalau kita membangun saluran pipa?"
"Saluran pipa? Ide apa itu? Kita sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus dan menghasilkan uang yang banyak, Pablo", jawab Bruno.

"Dengan upah satu sen setiap ember, kita bisa mendapatkan satu dollar per hari. Ini berarti, setiap minggu kita bisa membeli sepatu baru".
"Setiap bulan kita bisa membeli seekor sapi, dan setahun kemudian kita bisa membangun rumah".

Ide Pablo ditolak mentah-mentah.

Tapi Pablo tidak putus asa. Ia yakin dengan idenya itu. Ia tidak mau seumur hidup mejadi pembawa ember.

Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja paruh waktu saja. Selepas membawa ember, di sisa waktunya ia gunakan untuk membangun pipa.

Ternyata, sangat sulit untuk membangun pipa-pipa itu. Tanah keras dan berbatu menyulitkannya dalam menggali. Punggung dan tangannya malah bertambah nyeri dibuatnya.

Namun ia tabah. Ia yakin dengan visinya.

Bahwa suatu saat, mungkin dalam 2 tahun ke depan saluran pipanya akan terwujud dan berfungsi seperti yang diharapkan.

Bruno dan orang-orang sedesa pun mulai mengolok-olok Pablo. Mereka mengejek "Pablo si manusia saluran pipa".

Bruno sekarang punya penghasilan dua kali lipat dibandingkan Pablo. Ia selalu memamerkan barang baru yang dibelinya.

Ia telah membeli baju, keledai dan rumah mewah. Ia pun gemar nongkrong di rumah makan sambil minum-minum. Orang-orang di desa pun memanggilnya Mr. Bruno.

Kini pemandangan menjadi kontras. Sementara Bruno asyik menikmati jerih payahnya, Pablo masih sibuk siang malam membangun saluran pipanya.

Di bulan-bulan awal, pekerjaan itu masih belum menunjukkan hasil meski pun segenap daya dan upaya telah dikerahkannya.

Pablo meyakini bahwa tindakan-tindakan kecil yang dilakukannya hari ini akan menghasilkan sesuatu yang besar. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Akhirnya, setelah lebih dari setahun saluran pipa itu pun mendekati rampung. Hanya dalam hitungan waktu, pipa-pipa itu akan bisa disaluri air.

Sementara Bruno pun masih terus sibuk mengangkati ember. Makin hari ia makin sibuk. Bahunya mulai kelihatan membungkuk. Ia sering menyeringai kesakitan.

Ia mulai kecewa dengan "takdirnya" yang harus mengangkut ember sepanjang hidupnya.

Bruno makin jarang terlihat santai dan menikmati hidup.

Akhirnya, saat yang dinantikan pun tiba.

Terjadilah kegemparan di seantero desa.

Saluran pipa itu telah selesai. Seluruh penduduk berkumpul di sekitar bak penampungan untuk menyaksikan air mengalir dari saluran pipa.

Sejak saat itu Pablo tidak perlu lagi membawa ember. Airnya terus mengalir, saat dia bekerja atau pun tidak.

Airnya terus mengalir saat ia tidur nyenyak atau berlibur.

Semakin banyak air mengalir, semakin banyak pula uang yang diterimanya.

Pablo mendapat gelar baru sebagai "manusia ajaib". Para politisi memujinya setinggi langit. Ia pun dicalonkan menjadi walikota.

Namun bagi Pablo semua itu hanyalah pencapaian awal. Ia punya cita-cita yang lebih besar lagi.

Pablo ingin membangun saluran pipa di seluruh dunia!

Semoga bermanfaat.

Salam FUUUNtastic!
Wassalam,

Roni, Owner Manet Busana Muslim
Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Success = Dream x Work x System - All Rights Reserved