Rhoma Irama memperoleh julukan yang prestisius dalam bidangnya, yaitu si raja dangdut. Sebab ia memang membawa pengaruh yang tidak kecil dalam mempopulerkan jenis musik asli Indonesia ini hingga ke seluruh tanah air, bahkan mancanegara.
Dangdut Rhoma Irama ini punya ciri khas yang berbeda dengan lagu-Iagu dangdut kebanyakan. Rhoma telah meramu musik Led Zeppelin atau Deep Purple ke dalam lagu-lagu berirama melayu yang ia tulis. Selain memadukan unsur musik rock ke dalam irama dangdut, ia juga berani melakukan gebrakan dalam tema. Umunmya musik dangdut hanya bicara soal cinta. Tetapi, lirik lagu milik Rhoma sarat dengan kritik sosial dan dakwah, "Rasa ketertarikan saya ke agama (Islam) sama berat dengan musik," ujarnya. Ia membawa Soneta Group sebagai voice of Islam dengan lagu-lagunya yang bemada dakwah. Masyarakat pencinta dangdut pun menerimanya.
Pada 1983, Kiai Syukri Gozali ketika itu Ketua Umum MUI menyatakan bahwa Alquran haram untuk dinyanyikan. Pernyataan itu menampar Rhorna yang baru meluncurkan album La Illaha Illalah.
Rhoma pun membela diri. Di hadapan para ulama, Rhoma memutar kaset-kasetnya yang bernafaskan Islam. "Tidak ada ayat Alquran yang di dangdutkan," ujar Rhoma ketika itu.
Rhoma lahir dengan nama Irama pada 11 Desember 1947, di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagai putra dari Raden Burda Anggawijaya, seorang pensiunan ABRI. Bakat menyanyinya sudah tampak sejak kecil. Pernah seisi kelas di sekolahnya kosong karena menonton ia menyanyi.
Perjalanan karirnya tidak mudah. Ia pernah jadi gelandangan dan pengamen jalanan di Solo. Saat itu, selepas SMA (1964), Rhoma ingin mendalami ilmu agama ke Pesantren Tebuireng, Jombang, JawaTimur. Karena kehabisan bekal, ia terpaksa mengamen.
Saat menerima uang hasil mengamen, Rhoma memutuskan menjadikan musik sebagai profesi. Tahun 1974 ia menunaikan ibadah haji sebaga ungkapan terima kasih kepada Tuhan karena album Begadang sukses besar. Sepulang dari tanah suci, ia melengkapi namanya menjadi Rhoma alias Raden Haji Oma Irama.
Selain mencipta lagu dan menyanyi, Rhoma juga bermain film dan sempat aktif dalam politik. Namun sikapnya dalam politik tidak sekonsisten dalam bermusik. Awalnya ia mendukung PPP. Tapi, menjelang pemilu 1997, ia menyeberang ke Golkar.