William Jennings Bryan menulis, "Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice; it is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved."
Tentu saja anda bisa beruntung dan mempunyai nasib baik, yaitu sesuatu hal baik yang terjadi karena kebetulan, atau sesuatu yang tidak direncanakan terlebih dahulu, serta tidak bisa dicapai dengan upaya kita sendiri. Contohnya, kita tidak bisa mempengaruhi keluarnya angka-angka pada lotre atau biji dadu, sehingga
kita tidak dapat memenangkan undian atau taruhan dengan kekuatan kepercayaan atau harapan, karena semuanya terjadi di luar kendali kita.
Namun untuk kejadian di luar contoh di atas, misalnya agar anda bernasib baik untuk sukses karier atau bisnis, ada beberapa hal yang bisa anda persiapkan untuk mempermudah anda menerima nasib baik:
• Ketahui apakah yang anda inginkan
Jika anda tidak tahu apa yang anda inginkan, bagaimana anda akan tahu jika telah mendapatkannya?
Ketika rnasih kecil dulu saya sering tercengang, karena setiap kali mempelajari kosakata baru rasanya saya melihat dan mendengar perkataan itu ada di mana-mana, padahal sebelumnya saya sepertinya tidak pernah mendengarnya.
Dalarn kenyataannya, kosakata itu tidaklah lebih sering rnuncul dari biasanya, melainkan karena saya tidak memperhatikan sebelumnya karena tidak mengerti, sedangkan setelah saya diajar kata baru itu, saya menjadi lebih sadar dan tanggap jika mendengar perkataan itu.
Hal yang serupa ialah bisa saja kesempatan emas untuk sukses bertebaran di sekitar kita, namun karena kita tidak mengenalinya, kita tidak melakukan apa-apa atas peluang itu.
Jadi, dengan adanya tujuan atau keinginan yang jelas dalam hidup, maka kita dapat mengenali adanya kesempatan atau potensi peluang dalam lingkungan kehidupan sekitar kita sehari-hari, yang dapat kita tangkap dan kelola, sehingga menjadi nasib baik
• Biarkan orang yang relevan mengetahui keinginan anda
Jika anda membiarkan orang-orang yang relevan mengetahui apa yang menjadi keinginan hidup anda, maka bisa saja mereka memberikan tips sukses, informasi, atau kesempatan kepada anda untuk mencapai tujuan hidup anda.
Namun jika mereka tidak tahu apa yang anda inginkan, maka tentu saja mereka tidak bisa membantu anda. Nah orang yang relevan ialah orang-orang di sekitar kehidupan anda yang anda anggap positif, kompeten, baik, dan bisa mendukung anda menggapai sukses. Jadi bukan sembarang orang, apalagi orang yang negatif, marginal, atau pecundang, karena bukan saja mereka tidak bisa membantu, bahkan akan menertawakan
dan menjatuhkan mental anda.
Sebagai contoh, sebenarnya saya sendiri cukup sering mengalami kesukaran hidup bahkan sampai menghadapi jalan buntu, namun tidak ada seorang pun yang menolong saya sekalipun sebenarnya mereka mampu dan mungkin mau melakukannya untuk saya; namun karena saya tidak pernah memberitahukan kebutuhan saya, maka mereka menganggap saya tidak memerlukannya.
Istri saya sering bergurau kepada saya, "Rasain! Salah siapa mau menjadi Success Coaching, sehingga orang menganggap bahwa karnu sudah hebat dan tidak memerlukan apa pun!". Biasanya saya hanya tersenyum kecut, karena memang, nyaris semua orang yang mencari saya ialah orang yang meminta—nasihat, pertolongan, peluang usaha dan tidak ada seorang pun (sampai hari ini) yang member! atau menawarkan peluang usaha.
• Jika pada awalnya anda tidak sukses, cobalah lagi, coba lagi, coba lagi, dan coba lagi. Jika tetap gagal dan tidak ada kemungkinan sukses, berhentilah mencoba, dan kerjakan hal lain yang lebih prospektif
Kita tidak tahu usaha kita yang keberapa kalikah yang akan membuahkan hasil, sehingga kita perlu mencobanya terus sekalipun berkali-kali gagal. Biasanya sukses yang besar dan membanggakan memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang lama dan banyak, sehingga kandidat sukses perlu terus mencoba
mencapainya dengan berbagai cara yang mungkin. Namun jika telah mencoba sekian lama dan tampaknya tidak ada harapan untuk berhasil, kandidat sukses yang rasional perlu berhenti melakukan hal itu, dan memikirkan hal lain yang lebih prospektif untuk berhasil.
Ibaratnya, jika induk ayam mengerami telur kaca, berapa pun besar dedikasi dan optimismenya, tetap saja tidak akan menetaskan anak ayam.
Atau jika ada macan yang hendak memakan santapan malam anda, biarkanlah ia mendapatkannya, tidak perlu bersikeras mempertahankannya. Toh anda bisa kembali lagi dengan membawa senapan di tangan!
Jadi, kandidat sukses itu bukan hanya memerlukan motivasi, dedikasi, kerja keras dan persistensi, melainkan juga commonsense, akal sehat.
• Jadilah pembelajar seumur hidup
Saya sering mendengar orang menceritakan impian hidupnya, termasuk rencana menjadi pengusaha dan memulai bisnis baru. Namun sayangnya banyak di antara mereka yang tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk memasuki suatu bidang yang baru. Mereka tampaknya merasa cukup bermodalkan uang dan semangat tinggi serta impian mereka untuk sukses.
Padahal seyogianya, sebelum mereka terjun memasuki hal baru dan penting, mereka mempelajari terlebih dahulu segala hal yang berkaitan dengan rencana usaha baru mereka, apakah dengan cara membaca buku-buku, mengikuti seminar, banyak bertanya dan mendengarkan pendapat orang yang lebih berpengalaman, menjelajah internet, dan jika perlu magang kerja terlebih dahulu agar mendapat pengalaman praktis.
Orang sukses yang saya ketahui, baik dalam bidang pekerjaan maupun bisnis, semuanya adalah expert dalam bidangnya. Mereka paham betul seluk-beluk pekerjaan atau bisnisnya luar dan dalam, sepertinya tidak ada lagi hal yang tersembunyi baginya.
Dari mana mereka dapatkan semua expertise itu, apakah dari pengalaman bekerja saja?
Jawabannya tentu tidak! Hanya dengan menjalani bidang pekerjaan kita, sekalipun berbelas tahun, jika tidak disertai dengan pembelajaran terhadap hal-hal baru atau yang relevan, hampir mustahil bisa membuat kita menjadi ahli, mengapa?
Karena kita hanya akan bekerja mengulang-ulangi keterampilan yang pertama kali dulu kita pelajari, sehingga tidak ada perbaikan apalagi inovasi. Namun dengan terus belajar dan mempelajari hal baru, kita bisa memperbaiki cara kerja kita, atau meningkatkan kualitasnya, dan bahkan mengubahnya dengan
cara baru yang jauh lebih baik secara total.
Sebaliknya, orang-orang marginal, orang-orang kebanyakan yang tidak memperoleh sukses dan kebanggaan hidup, adalah orang-orang yang berhenti belajar begitu mereka selesai mendapat ijazah sekolah, atau setelah melewati masa percobaan kerja. Selanjutnya mereka mengulang-ulangi pengalaman pertama kerja mereka selama bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun.
Celakanya, biasanya orang seperti mereka mengidap "I've been here for long syndrome", atau sindroma senioritas, yang merasa bahwa lamanya bekerja sebagai tanda prestasi dan tanda orang berpengalaman, sehingga mereka tidak lagi merasa perlu untuk belajar dan tidak mau diajar, sekalipun sesungguhnya pengalaman mereka adalah pengetahuan usang dan keterampilan dangkal yang diperoleh pada masa muda mereka.
• Percayai intuisi anda!
Menghargai intuisi dan perasaan anda tidak berarti bahwa anda berjudi dengan nasib dan melupakan pertimbangan akal sehat. Yang saya maksud ialah bahwa kita harus memperlakukan kilatan inspirasi (eureka) yang tampaknya tiba-tiba terlintas dalam benak anda mungkin saja adalah pesan dari pikiran bawah sadar
anda tentang topik atau hal yang sebelumnya gagal diolah oleh pikiran sadar anda.
Hargai intuisi anda, dan ujilah validitas manfaatnya dengan perhitungan rasional serta keberanian melakukan terobosan pikiran untuk mengkalkulasi manfaatnya. Ingatlah bahwa banyak penemuan ilmiah yang terkenal, awalnya dimulai dari letupan ide yang intuitif yang masih liar, barulah kemudian para ilmuwan menguji coba dan membuktikan keabsahan manfaatnya.
Karena sering kali intuisi atau kilatan ilham itu datang secara diam-diam dan kadang sangat halus atau samar-samar, diperlukan pikiran yang terbuka dan emosi yang sensitif untuk mengenalinya. Dengan mendengarkan secara saksama dan proaktif terhadap intuisi dan perasaan anda, bisa saja hal itu membuka kesempatan emas dan nasib baik bagi kesuksesan hidup anda.
• Percaya bahwa anda pasti akan sukses!
Banyak pencapaian sukses yang berarti tidaklah terjadi dalam semalam, melainkan memerlukan waktu yang panjang dan mendebarkan hati. Banyak di antaranya yang diawali dengan proses yang salah dan perjalanan yang penuh rintangan, kesusahan, dan bahkan tampak seperti tidak berpengharapan sukses.
Namun demikian, saran yang perlu anda dengar dan terapkan ialah, bahwa anda harus tetap bertahan dan memelihara kepercayaan dan harapan anda bahwa cepat atau lambat anda akan sukses, dimulai dengan sukses-sukses kecil dan terus berlanjut ke pencapaian sukses yang lebih besar, sampai semua tujuan hidup anda terwujud.
Selama anda telah memperhitungkan bahwa apa yang anda inginkan adalah realistis dan achieveable, sekalipun sekarang anda masih menghadapi banyak sekali tantangan dan penderitaan, saran saya kepada anda ialah "Never give up on your dreams! You will succeed sooner than you thought!"
Dengan mengikuti beberapa hal yang saya sebutkan di atas, itu akan membuat kehidupan anda kondusif terhadap datangnya nasib baik atau keberuntungan, karena ibarat sawah, kehidupan anda merupakan lahan yang telah diolah sedemikian rupa sehingga kapan saja petani menaburkan benih, tanah dan unsur haranya siap untuk menumbuhkannya menjadi tanaman subur yang berbuah lebat.
Tentu saja saya tidak memungkiri atau menutup mata terhadap realita bahwa ada saja dan bisa saja seseorang yang secara karakteristik tidak memenuhi kriteria sukses, namun dalam kenyataannya
mencapai sukses atau lebih tepatnya, mencapai posisi hebat apakah dalam pemerintahan, organisasi sosial maupun bisnis. Kita sering bertanya-tanya kepada diri sendiri maupun nasib, "Kenapa ya orang seperti itu bisa mencapai posisi sedemikian hebat? Pintar? Tidak! Cerdas? Tidak! Anda IP Tidak! Baik? Tidak! Berguna? Tidak! Lantas mengapa ia mendapatkan kemegahan itu?"
Sekalipun agak berat hati, saya perlu mengatakan bahwa, mungkin saja hal itu karena peranan faktor X, atau apa yang disebut orang 'nasib baik'. Saya pernah membaca di salah satu ayat kitab Mazmur (Zabur) 127:1-2, bahwa "Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah
payah, sebab Allah memberikannya kepada yang dicintaiNya pada waktu tidur", dan di kitab Pengkhotbah (Alkatib) 9:11, "Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga rod bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua."
Saudaraku, sekalipun banyak dari kita yang percaya bahwa seseorang bisa sukses tanpa keringat atau karakter sukses, melainkan hanya mengandalkan nasib baik; namun saya tetap yakin bahwa secara umum dan universal, pada akhirnya, yang menang dan benar adalah premis, "Success follows attitude!".
Jika seseorang mendapat anugerah posisi/jabatan publik (pemerintahan, organisasi sosial atau bisnis) karena nasib baik padahal ia tidak kompeten untuk mengemban tugas besar tersebut maka dalam waktu yang relatif singkat jabatan itu akan lepas darinya, apakah secara alami maupun dipaksa, karena hal itu melanggar
kodrat alamiah dan manusiawi.
Akhirnya, saudaraku, saran saya ialah persiapkanlah diri anda sebaik-baiknya untuk layak mencapai sukses, sambil mengamati dengan cermat dan menangkap datangnya nasib baik, agar kesuksesan anda bersifat sustainable dan nikmat.
source : Strategi sukses mengelola karir dan bisnis
pengarang : Johanes lim