Sebelum memulai usaha perdagangannya, Muhammad telah melakukan beberapa perlawatan ke Bahrain di bagian timur Semenanjung Arabia. Ini ditegaskan oleh sebuah hadits dalam Musnad Ahmad. Ketika ratusan utusan datang pada Muhammad setelah kemenangan kota Makkah, seorang di antaranya yang bernama Abdul Qais datang menemui Muhammad. Selanjutnya, Muhammad meminta agar mereka memanggil dan memberitahukan pemimpin mereka, yaitu al-Ashajj.
Ketika menghadap, Muhammad pun mengajukan bermacam- macam pertanyaan tentang penduduk berbagai kota dan urusan- urusan mereka. Secara khusus, Muhammad juga menyebutkan nama-nama Sofa, Mushaqqar, Hijar, dan beberapa kota lainnya. Pemimpin mereka, al-Ashajj, sangat terkesan dengan pengetahuan luas yang dimiliki Muhammad tentang negerinya, sehingga ia mengatakan, “Ayah dan ibuku akan berkorban demi Anda karena Anda tahu banyak tentang negeriku dibanding aku sendiri dan mengetahui nama-nama lebih banyak kota di negeri kami daripada yang kami ketahui”. Muhammad berkata, “Saya memiliki banyak kesempatan untuk melakukan perjalanan di negeri Anda dan di sana saya menemukan keramahtamahan yang sangat besar terhadap saya.” Menurut geografi Arab kuno, ketiga kota ini (Sofa, Mushaqqar, dan Hijar) berada di Bahrain.
Pengetahuan yang rinci tentang kebiasaan setempat, cara hidup penduduk Bahrain, cara mereka makan dan minum menunjukkan bahwa Muhammad telah berkali-kali mengunjungi Bahrain untuk perjalanan bisnis ke pasar Mushaqqar. Sebagaimana dikatakan oleh pemimpin para utusan al-Ashajj, “Anda (Muhammad) mengenal lebih banyak kota-kota dan penduduknya daripada saya.” Jelaslah bahwa seorang Muhammad telah melakukan segmentasi pasar yang akan menjadi tujuan perdagangannya berdasarkan faktor geografis, demografis, dan psikologis.
Berangkat dari pengetahuan yang cermat dan teliti, Muhammad dapat menjual barang dagangannya dengan baik dan mampu meraih keuntungan yang lebih banyak dibanding dengan pedagang (pengusaha) yang lain. Muhammad telah dapat melihat segmen pasar dengan cara yang kreatif dan dari berbagai sudut pAndang yang berbeda dibandingkan dengan para pengusaha pada masa itu. Namun, yang perlu diperhatikan dalam hal ini, sebelum Muhammad melakukan segmentasi, ia terlebih dahulu melakukan pengenalan market, sehingga mendapatkan detail konsumen yang diperlukan untuk melakukan proses segmentasi.
Setelah mengetahui market, barulah Muhammad melakukan segmentasi pasar secara individu (segment of one) atau yang sekarang dikenal dengan istilah identifikasi market (identifying). Dengan pengenalan yang mendalam, memungkinkan Muhammad untuk mengetahui bagaimana pola pendekatan yang harus dilakukan. Pada akhirnya, Muhammad dapat memasuki semua segmen yang ada, yang terdiri dari berbagai tingkatan usia, status sosial dan kebiasaan. Pola pikir seperti ini, jelas merupakan hal yang sama sekali belum pernah terpikirkan oleh para pengusaha manapun pada saat itu. Muhammad sangat menyadari bahwa dengan melakukan one on one marketing, ia tidak hanya akan dapat menjual, tetapi juga akan dapat mendekatkan diri dengan konsumen. Kedekatan ini memungkinkannya untuk menggali hal- hal yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.
di sadur dari
Buku : Muhammad Marketing