Banyak orang yang memiliki impian beranggapan bahwa ketika nanti ia meraih mimpi, ia pasti sudah menjadi pribadi yang baik, mulia, dan benar. Sehingga sering sekali anda dan saya mendengar, “Nanti kalau aku sudah kaya, akan ku dermakan hartaku ke panti asuhan, akan banyak membantu sesama dan fokus untuk berdakwah dan beribadah.”
Orang seperti ini tak bisa dipercaya. Dan mereka tak akan mau mendayakan Pretending Power. Saya berani jamin. Mengapa orang-orang seperti ini tak bisa dipercaya?
Sebab mereka tak akan pernah kaya!
Mungkin memang benar, jika mereka kaya akan membantu sesama lebih banyak. Namun sayangnya mereka tak akan pernah kaya. Sehingga jika anda ingin kaya atau sukses meraih impian, lakukan sekarang. Jangan tunggu “nanti kalau...!”
Tipe orang yang “nanti kalau sudah kaya...” ini, adalah orang yang tidak pernah bersyukur akan apa yang ada. Mereka selalu menunggu hingga tiba saatnya nanti. Mereka selalu berpikir “Sekarang bukan waktu yang tepat, sebab saya sendiri masih kesusahan.” Dan sayangnya, Tuhan menegaskan bahwa jika seseorang tak mensyukuri nikmatnya, maka siksa-Nya begitu pedih. Sayang sekali.
Jika anda ingin mewujudkan impian anda, maka saat ini juga anda harus menjadi (be). yakni memiliki pola pikir dan karakter seolah-olah anda telah mendapatkan impian itu sekarang. Dan jika anda berpura-pura seolah-olah anda telah meraih impian menjadi kaya sekarang, maka sekaranglah saatnya untuk bersedekah lebih banyak, fokus untuk beribadah lebih giat, dan berderma ke panti asuhan lebih sering.
Sekaranglah saatnya!
Jika Alindah berpura-pura seolah-olah ia telah benar-benar menjadi penulis novel sukses, ia pasti akan berpikir bahwa dirinya adalah novelis sukses. Dirinyalah sang novelis sukses itu.
Pertanyaan selanjutnya adalah “Apakah alindah harus berpura-pura menjadi J.K Rowling, pengarang Harry Potter yang melegenda itu? Perlukah lagi ia berpura- pura hidup sebagai Andrea Hirata dengan Laskar Pelanginya? Padahal Alinda telah menjadi novelis sukses dengan karya besarnya sendiri? Silahkan anda jawab!
Jika anda ditanya, bagaimana anda menetapkan impian? Apa jawaban anda? Saya percaya pada kekuatan impian saya sebab saya tidak membuat impian dengan ikut- ikutan impian orang lain. Jika anda menetapkan impian dengan ikut-ikutan orang lain, maka anda yang tidak menjadi diri sendiri.
Berpura-pura menjadi pribadi impian kita berarti berpura-pura menjadi diri kita yang sebenar-benarnya. Sebab impian kita adalah keaslian kita. Pretending Power yang dikemukakan dalam buku ini adalah tentang menjadi diri sendiri bukan menjadi orang lain.
Sehingga jika anda berpura-pura menjadi pribadi impian anda, dan hasilnya anda menjadi orang lain, hanya ada dua kemungkinan yang terjadi.
1. Anda tidak berpura-pura dengan benar.
2. Impian anda bukan keaslian anda. Alias ikut-ikutan orang lain.
Pertanyaan anda yang lain mungkin, apakah berpura-pura menjadi pribadi impian itu berarti tidak ikhlas menjalani kehidupan saat ini? Sehingga orang yang berpura-pura hanya mencari cara lain untuk menjalani kehidupan?
Ok, saya tak ingin berbasa-basi lagi. Namun yang pasti bahwa apakah anda percaya bahwa Tuhan ingin anda sukses atau tidak? Ingatlah bahwa, Tuhan memiliki keinginan 10 kali lebih kuat dari pada anda, untuk mewujudkan impian-impian mulia anda. Sebab Tuhan ingin memuliakan anda.
Jika demikian, maka komitmen untuk memuliakan diri dengan meraih impian anda itu apakah dianggap sebagai ketidakikhlasan menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan?
Bukankah Tuhan tidak mengubah nasib seseorang, jika orang itu tidak mengubah nasibnya sendiri. Jika yang banyak orang maksudkan sebagai ikhlas adalah menjalani kehidupan apa adanya tanpa upaya untuk meraih keberhasilan, maka mungkin kita tak membutuhkan Tuhan. Namun nyatanya tidak!
Jadi bagaimana sebenarnya berpura-pura menjadi pribadi impian itu?