SUTAN SJAHRIR (Negarawan)

0 komentar

Pada saat Indonesia meraih kemerdekaan, peran Sjahrir cukup menonjol. Roda pemerintahan Republik Indonesia yang masih muda itu dijalankan oleh "Triumvirat Bung": Bung Kamo, Bung Hatta, dan Bung Sjahrir. Selain dikenang sebagai foundingfathers, ketiganya merupakan tokoh-tokoh pembentuk watak bangsa yang terus menjadi legenda. Karena perawakannya yang mungil dan pembawaannya yang pendiam serta bersahaja, ia sering disebut "Si Bung Kecil".

Sutan Sjahrir lahir 5 Maret 1909 di Padang panjang, Sumatera Barat, dari pasangan M. Rasad Gelar Maha Raja Soetan dan Siti Rabiah. Sesudah menamatkan Europese Lagere School dan MULO di Medan pada 1926, ia melanjutkan pendidikan ke Algemeene Middlebare School, Jurusan Wester Klassiek, di Bandung. Dalam perjalanan hidupnya, Sjahrir dikenaI sebagai figur yang low profile, sekaligus politisi yang andal dan berpendidikan tinggi. Ia juga dikenal sebagai karakter tokoh yang konsisten antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan.

Beberapa bulan sebelum Sukarno membentuk Perserikatan Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927, Sjahrir sudah mendirikan perkumpulan Jong Indonesie, yang kelak menjadi Pemoeda Indonesia. Sjahrir juga menaruh perhatian besar pada pergerakan buruh.

Ia pernah tampil membawakan makalahnya (diterbitkan sebagai buku berjudul Serikat Kerja) dalam Kongres Buruh di Surabaya, 1932. Berkat makalahnya itu, Sjahrir terpilih sebagai Ketua Sentral Persatuan Buruh Indonesia yang berkedudukan di Surabaya. Pada tahun yang sama Sjahrir terjun ke pergerakan politik di Indonesia dan memimpin PNI Baru. Seperti halnya Bung Karno, kehidupan Sjahrir juga banyak diwarnai kesengsaraan dalam penjara.

Pada usia 25 tahun, untuk pertama kalinya ia berkenalan dengan penjara. Pemerintah kolonial menganggapnya sebagai penjahat politik, karena ia memirnpin suatu organisasi yang rnenganjurkan pendidikan secara luas bagi orang Indonesia. Ia dibuang ke Digul.

Pada era pernerintahan Jepang, ia dikenal sebagai sosok yang rnenolak keras bekerjasarna dengan "saudara tua". Garis politiknya ini bertentangan dengan langkah yang diambil Soekarno yang bersedia bekerjasama dengan Jepang.

Setelah proklamasi dikumandangkan, Sjahrir aktif dalam pemerintahan RI. Ia diangkat menjadi Ketua Badan Pekerja KNIP. Pada 14 November 1945, ia menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia yang pertama. Ia memikul tugas berat meyakinkan dunia internasional agar mau mengakui kedaulatan RI. Sjahrir menaruh harapan pada perjuangan lewat jalur diplomasi, walaupun politik diplomasinya ditentang pihak oposisi Tan Malaka, sehingga kabinet Sjahrir akhirnya jatuh. Bung Karno mengangkatnya lagi menjadi Perdana Menteri sampai dua kali sebelum digantikan Amir Sjarifuddin. Tahun 1947 ia menghadap Dewan Keamanan PBB untuk membela Republik Indonesia yang baru diserbu Belanda.

Sjahrir merasa perlu mengaktualisasikan pemikiran- pemikirannya tentang sosialisme melalui jalur politik praktis. Pada tahun 1948, ia mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Melalui PSI, Sjahrir banyak mengritik kebijakan Soekarno dalam dasawarsa 1950-an, yang dianggapnya mulai menyimpang. Ketidakharmonisan antara pusat dan daerah di tahun-tahun tersebut, memunculkan berbagai pergolakan. PSI terjebak dalam pusaran konflik tersebut. Partai inilah yang kemudian dituduh menjadi dalang pergolakan daerah yang berpuncak pada pemberontakan PRRI. Akibat hasutan PKI, Bung Karno membubarkan PSI dan menahan Sjahrir. Ironis sekali, seorang aktivis pejuang kemerdekaan dan mantan perdana menteri, harus menghuni penjara di masa tuanya.

Sjahrir berstatus sebagai tahanan politik sampai akhir hayatnya. Ia meninggal dunia akibat tekanan darah tinggi tanggal 9 April 1966. Sepuluh hari kemudian, ia dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Success = Dream x Work x System - All Rights Reserved