Keterbatasan pilihan biasanya mendorong orang untuk lebih kreatif. Itulah yang dialami oleh Ir. Tjokorda Raka Sukawati, untuk memecahkan dilema dalam membangun jal,;ln tol di Jakarta; antara terbatasnya
tempat dan biaya.
Tahun 80-an koran-koran ramai memberitakan pembangunan jalan tol sepanjang Cawang-Tanjungpriok. Jika jalan tol yang ditempatkan di atas jalan by pass Ahmad Yani itu dibangun dengan metode konvensional, jelas akan semakin memacetkan lalulintas. Sebab, tiang horizontalnya berukuran hampir 22 meter, nyaris sarna lebar dengan jalan by pass itu sendiri. Pembangunan jalan tol yang justru menimbulkan kemacetan, jelas bertentangan dengan tujuan pembangunan jalan tol itu sendiri. Masih ada alternatif lain, yaitu memakai cara gantung, seperti yang dilakukan di Singapura. Kendalanya, dari aspek biaya akan jauh lebih mahal.
Ir. Tjokorda Raka Sukawati berhasil memecahkan keruwetan ini dengan menciptakan tiang pancang yang diberinya nama Sosrobahu. Sosrobahu bekerja dengan meniru cara kerja dongkrak yang bisa bergeser dan memutar dengan tiang dongkrak sebagai sumbu. Tiang pancang tetap dibangun vertikal searah jalan by pass. Setelah kering, tiang itu diputar 90 derajat. Raka Sukawati berhasil membuat landasan putar yang memungkinkan tiang pier head seberat 488 ton ini berputar di atas kepala pier shaft.
Tanggal 27 Juli 1988 menjadi hari yang bersejarah bagi Ir. Tjokorda Raka Sukawati. Untuk pertama kalinya Sosrobahu akan diujicoba. Dengan hati berdebar, Raka menyaksikan tiang horizontal sepanjang 22 meter itu perlahan berputar. "Jika tiang itu tidak berputar, say a akan mengundurkan diri. Malu saya," katanya.
Tapi, Raka Sukawati tidak perlu mengundurkan diri. Sosrobahu hasil ciptaannya, mencatat sukses. Setelah dipatenkan, hasil kreasinya itu kini menjadi salah satu komoditas ekspor yang menghasilkan devisa.