Pada saat Orde Lama berkuasa, Koes Plus menjadi ikon" pengaruh budaya Barat yang merusak".
Bung Kamo menyebut musik Koes Plus (saat itu bernama Koes Bersaudara) adalah "musik ngak ngik ngok" ala The Beatles. Karena dianggap kontra-revoIusioner, personil Koes Bersaudara sempat rnencicipi penjara.
Setelah Orde Baru berkuasa, Koes Plus mend apat angin segar. Musiknya serna kin diterirna oleh banyak kalangan, terutama anak rnuda. Koes Plus lalu rnenjadi legenda rnusik pop Indonesia, yang eksistensinya
diakui hingga sekarang.
Tak bisa bicara soal Koes Plus, tanpa menyebut peran Tony Koeswoyo. Arsitek sekaligus otak tonggak rnusik pop ini lahir di Tuban, 19 Januari 1938. Ia adalah anak kedua dari delapan anak Koeswoyo, pensiunan karyawan Pernda Tuban. Dibandingkan saudara-saudaranya, Tony mernang paling berbakat. Ia mahir memainkan gitar, ukulele, biola, piano, dan organ. Juga piawai mencipta lagu yang banyak dimainkan
Koes Plus.
Koes Plus sebenarnya lebih terinspirasi oleh gaya musik Everly Brothers, grup musik Amerika yang menyajikan lagu-lagu bernada riang. Di tahun 1970an, lagu-lagu riang seperti itu mampu menandingi
popularitas lagu-Iagu sendu ala Rachmat Kartolo. Koes Plus semakin berjaya pada era 1970-an, meski sempat diwarnai pertikaian dengan Nomo, yang lantas membentuk kelompok No Koes. Tahun 1980-an
nama besar Koes Plus sempat tenggelam, namun kini penggemar Koes Plus dari kalangan generasi baru,
mulai bermunculan.
Tony wafat pada tahun 1987 setelah menderita kanker usus buntu. Namun namanya tetap dikenang
sebagai salah satu pelopor musik pop Indonesia.