Mentalitas Meminta

0 komentar

Jika ditanya apa yang paling membuat saya bergidik? Bukan hantu, bukan dukun, bukan juga ilmu-ilmu paranormal. Juga bukan pula para pelacur, baik yang perempuan, laki-laki, maupun banci. Namun adalah MENTALITAS MEMINTA.

Saya punya satu kenalan yang isi pembicaraannya tidak lain dan tidak bukan adalah, “Bagaimana cara kita bisa hidup tanpa mengeluarkan biaya sama sekali?” serta “Yuk, kita pergi nonton, tapi jemput gua dong dan lu yang bayar bensin dan uang karcis masuknya.” Ketika kami diundang makan ke rumahnya, dengan bangga ia mengatakan, “Ayam ini sebenarnya kami tidak beli lho, ini milik mereka (sambil menunjuk ke atas yang ditinggali oleh keluarga lain).” Hah? Yang benar saja. Anda ini pencuri atau “senang” mencuri?

Anehnya, kenalan saya tersebut adalah seseorang yang berpendidikan tinggi sampai bergelar Master dan berusia 30, sudah bersuami pula. Kok ya tidak malu? Dengan bangga pula ia berkata tentang suaminya, “Suamiku itu alon-alon asal kelakon, tidak suka bekerja keras. Cukup kerja part-time saja.” Lha, sekali lagi, lho kok ya tidak malu? Pendidikan tinggi, kesempatan kerja banyak, tapi tidak mau kerja dan makan hasil “colongan” dari orang lain, kok ya tidak malu?

Ada lagi satu contoh dari salah satu freelancer yang saya pekerjakan belakangan ini. Ketika saya minta disiapkan daftar dari perusahaan-perusahaan yang sedang saya analisis sebanyak 200 perusahaan, jawabnya, “Kok banyak sekali?” Tentu saja, untuk mengambil sampel analisis, tidak cukup dengan 10-20 perusahaan, supaya analisis bisa valid. Akhirnya, ia hanya mengirimkan list dari 100 perusahaan saja, yang katanya “banyak banget, nyerahlah saya.” Padahal, ia hanya menyalin dari satu buku direktori saja.

Memang, ia tidak mencuri, namun mentalitas mengeluh dan maunya “enak” saja. Padahal, ini adalah assignment kerja, sungguh membuat hati saya tidak enak. Bayangkan, sudah dibayar mahal, masih juga mengeluh untuk sesuatu yang ia salin saja dari satu buku direktori.

Saya sungguh malu dan bergidik memakan makanan “hasil curian si Master degree holder” dan mendengarkan keluh-kesah tidak karuan seperti itu. Namun pada saat yang sama, saya mesti bisa memaklumi bahwa:

1. Delapan puluh persen manusia mempunyai sifat “loser” seperti itu. Jadi, saya sebenarnya yang “aneh” di mata mereka. Kok ya kerja lebih dari 10 jam per hari dan tidak segan-segan memulai beberapa bisnis sekaligus pada saat yang sama, sambil sekolah S3 pula. Wah, gila, kan saya di mata mereka?

2. Kultur Indonesia yang “alon-alon asal kelakon” dan “kalau bisa makan gratis” dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Jadi sekali lagi, sayalah yang aneh bukan?

3. “Meminta itu pangkal kaya, lho” kalau bisa malah hidup gratis, nggak perlu bayar apa-apa. Itu kata mereka yang “sukses hidup gratis lho,” tapi tidak sukses di dalam hidup. Jadi sekali lagi, saya lagi yang aneh, kan? Masa “rahasia sukses terbesar” adalah memberi? Yang benar saja, Jennie, Jennie….

Betul begitu kan, para pembaca? Ah, memang si Jennie itu “gila” dan “aneh”. Prinsip-prinsip suksesnya totally terbalik dengan kenyataan. Benar begitu, para pembaca? Dunia ini begitu lucu…

Jika Anda berhasil menerapkan semua hal di atas (meminta, mengeluh dan mencuri hak orang lain) dan bisa sungguh-sungguh sukses luar dalam, saya ingin sekali berguru dengan Anda. Sungguh, karena ini jauh lebih mudah daripada kerja keras tanpa mengeluh dan selalu membayar penuh apa yang saya nikmati.

Jennie S. Bev
Share this article :
 
TEMPLATE ASWAJA| Success = Dream x Work x System - All Rights Reserved