Di sebuah rumah sederhana di Gang Tengah Salemba, lahirlah lagu Indonesia Raya dari seorang pemuda bernama Wage Rudolf Soepratman. Lagu yang direkam Tio Tek Hong ini diperdengarkan pertama kali pada Kongres Pemuda II di Jakarta, 1928.
Tetapi, lagu patriotik ini kemudian dibredel oleh Belanda. Lirik "merdeka" lalu diganti dengan "mulia" supaya agak lunak. Karya Soepratman yang lain, sebuah roman berjudul Perawan Desa, disita pemerintah kolonial Belanda. Roman ini berkisah tentang tuan tanah yang menggunakan kekayaannya untuk bersenang-senang dengan gadis-gadis desa yang lugu. Ceritanya dianggap bisa menimbulkan kebendan antar golongan.
Lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903, hidup Soepratman memang cukup singkat. Namun rentang waktu 34 tahun yang dilaluinya telah menggoreskan nama Soepratman sebagai pahlawan .. Ia juga dikenal sebagai wartawan dan guru. la pernah mengajar di Makassar setelah lulus dari Klein Amtenaar Examen dan Normaal School (setara SPG). Dalam dunia jurnalistik, ia pernah bekerja di koran Kaoem Maeda, Bandung, lalu menjadi pemimpin redaksi Kaoem Kita dan mendirikan Kantor Berita Alphena bersama P. Harahap. Terakhir ia pindah ke Sin Po, koran Cina Melayu sebagai pembantu lepas.
Nama "Rudolf" di tengah namanya adalah pemberian bapak angkatnya, WM van Eldik, suami kakak perempuannya sendiri. Namun jiwa patriotik Soepratman tidak luntur dengan statusnya sebagai anak angkat seorang Belanda. Kesadaran berbangsanya makin kuat dengan interaksi intensnya dalam berbagai rapat pergerakan nasional. Profesinya sebagai wartawan membuat ia dekat dengan tokoh-tokoh politik yang tinggal gang Kenari. Ketika Agus Salim dalam Fadjar Asia, menyerukan agar para komponis mencipta lagu kebangsaan, Wage menyodorkan karyanya: Indonesia Raya. Selain itu ia juga menciptakan sejumlah lagu patriotik seperti R.A. Kartini, Bendera Kita, Di Timur Matahari, dan Bangunlah Hai Kawan.
Sayang kondisi fisiknya begitu rapuh. Penyakit paru-paru yang dideritanya, memaksa Soepratman meninggalkan Batavia menuju Surabaya, pada April 1937. Ia tinggal bersama kakaknya yang telah pindah dari Makassar. Pada tanggal17 Agustus 1937, tepat delapan tahun sebelum Indonesia merdeka, komponis kebangsaan ini wafa t. Ia dimakamkan di Kenjeran Surabaya.