"Keberhasilan Astra berkat kerja keras seluruh karyawan dan rahmat Tuhan, bukan karena keberhasilan saya pribadi. "
William Soerjadjaja adalah salah satu pelopor modernisasi industri otomotif nasional. Ia membangun jaringan bisnis dengan core product di sektor otomotif. Namun pertumbuhan bisnisnya tak lepas dari campur tangan pemerintah. Tahun 1968, sebanyak 800 unit truk Chevroletnya laku manis. Waktu itu pemerintah mencanangkan program rehabilitasi besar-besaran, sehingga membutuhkan banyak truk.
Pada 1971, ia kembali beruntung dengan memenangkan tender pengadaan kendaraan bermotor untuk Pemilu. Bisnis William makin bersinar dengan memegang lisensi sebagai agen tunggal Toyota (1969), Nissan, dan Isuzu.
TjiflKian Liong atau lebih dikenal dengan nama William Soerjadjaja, lahir di Majalengka 20 Desember 1922. Ia menjadi yatim piatu saat masih berumur 12 tahun. Tujuh tahun kemudian William harus putus sekolah. Usaha pertamanya adalah berdagang kertas bekas dari ke kota ke kota, sebelum beralih ke jual beli hasil bumi. Keuletannya bisa meringankan beban keluarga, juga membawanya menuntut ilmu penyamakan kulit di Leder & Schoenindustrie, negeri Belanda.
Kulit adalah usaha pertamanya. Tahun 1949 ia mendirikan pabrik penyamakan kulit, kemudian juga mendirikan CV Sanggabuana, perusahaan ekspor impor yang membuatnya rugi jutaan rupiah karena ditipu kawannya tahun 1952. Baru pada 1958, William mendirikan PT Astra dengan prod uk awal berupa minuman ringan dan mengekspor hasil bumi.
Selain berbisnis, William juga peduli pada dunia pendidikan, khususnya yang berorientasi pada pengembangan SDM bisnis. Tanahnya di kawasan Cilandak dijualnya dengan harga murah untuk mend irikan Institut Manajemen Prasetiya Mulia, sekolah para manajer, pada November 1984. Kekayaan yang berlimpah juga menempatkan William dalam komunitas terhormat dalam dan Iuar negeri. Ia menjadi orang pertama Asia yang menjadi anggota dewan penyantun The Asia Society yang didirikan oleh John D. Rockefeller III di New York, AS (1956). William juga tercatat menjadi orang luar AS yang menjadi anggota dewan penasihat School of Business Administration, University of Southern California. Dalam bidang politik, ia aktif di Golkar.
Konglomerasi bisnisnya mengalami "kecelakaan" pada tahun 1992. Bank Summa milik anak nya, Edward, kolaps dan harus dilikuidasi, sehingga memaksa William melepas 100 juta lembar saham Astra International guna melunasi kewajibannya Sejak itu ia menarik diri dari dunia bisnis, dan membiarkan anak-anaknya berkiprah di sana.