Gejala-gejala Timbulnya Rasa Takut Pada Kemiskinan
1. SIKAP MASA BODOH.
Sikap umumnya ditunjukkan melalui kurangnya ambisi, kerelaan untuk mentolerir kemiskinan, menerima kompensasi apa saja dari kehidupan ini tanpa memprotes, kemalasan mental dan fisik, kurangnya prakarsa, imajinasi, antusiasme dan pengendalian diri.
2. KEGAMANGAN.
Kebiasaan membiarkan orang lain menindaklanjuti pikiran-pikiran anda dan anda hanya menjadi penonton pasif dari keberhasilan mereka.
3. KERAGU-RAGUAN
Watak yang biasanya ditunjukkan melalui berbagai alasan dan alibi yang dirancang untuk menutup-nutupi, atau mencari pembenaran atas kegagalan diri sendiri, dan kadang-kadang terungkap lewat sikap iri dengki terhadap orang lain yang lebih sukses, atau dengan mencerca mereka.
4. KECEMASAN
Kecemasan yang biasanya diungkapkan dengan mencela orang lain, kecenderungan untuk bersikap boros, mengabaikan penampilan diri, suka cemberut dan bersungut-sungut, minum alkohol sampai melewati batas kewajaran dan kadang-kadang bahkan mengkonsumsi narkotika, rasa gelisah, kurang percaya diri, terlalu membesar-besarkan kelemahan diri, dan kurang percaya pada diri sendiri.
5. TERLALU BERHATI-HATI
Kebiasaan melihat sisi negatif dari segala kondisi, terlalu memikirkan kemungkinan akan gagal dan bukannya mencari cara unutuk sukses. Mengetahui faktor yang akan membawa kegagalan, namun tak pernah membuat rencana untuk mencegah kegagalan. Menunggu saat yang tepat untuk menindaklanjuti ide dan rencana, dan akhirnya kecenderungan mengulur-ngulur waktu itu menjadi sebuah kebiasaan. Selalu mengingat orang lain yang gagal melupakan mereka yang berhasil. Terkagum-kagum dengan kesuksesan orang tapi tak mau mengkaji penyebab keberhasilannya.
6. MENGULUR-ULUR WAKTU
Kebiasaan menunda pekerjaan. Menghabiskan banyak waktu untuk merekayasa alibi dan alasan tertundanya pekerjaan. Gejala ini sangat terkait erat dengan sikap terlalu berhati-hati, ragu dan cemas, keengganan memikul tanggung jawab, kecenderungan untuk berkompromi dengan kesulitan, bukannya mengendalikan kesulitan itu dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih maju. Menerima apa saja takdir hidup ini, bukannya menuntut kekayaan, kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan, dan kepuasan. Merencanakan langkah-langkah yang harus di tempuh JIKA DILANDA KEGAGALAN, JANGANLAH MEMBAKAR SEMUA JEMBATAN YANG SUDAH ANDA LEWATI SEHINGGA ANDA TAK MUNGKIN SURUT LANGKAH. Fenomena itu semakin diperparah oleh minim atau tidak adanya rasa percaya diri, ketegasan niat dan tujuan, pengendalian diri, inisiatif, antusiasme, ambisi, sikap berhemat dan kemampuan memakai akal pikiran, sikap hati yang MENGHARAPKAN KEMISKINAN, BUKANNYA MENGHARAPKAN KEKAYAAN. Kebiasaan bergaul dengan orang-orang yang menerima kemiskinan, bukannya mengakrabi dan belajar dari mereka yang menginginkan dan siap menerima kekayaan.