"Saya memang bukan orang vokal. Tapi, kini saya merasa tidak ada lagi ukuran untuk bisa ditindak atau
tidak bisa ditindak."
Itu kata Goenawan Soesatyo Mohamad setelah Tempo dicabut SIUPP-nya oleh Orde Baru. Tokoh brilian yang punya sentuhan estetik yang tinggi dalam setiap tulisannya ini memang layak kalau disebut sebagai salah satu ikon pers modern Indonesia. Tempo yang didirikan dan diasuhnya sejak 1971, bukan hanya menjadi media terkemuka, tapi juga menularkan genre pers bersastra - pers yang ditulis dengan gaya cerita pendek.
Ia datang dari sebuah dusun nelayan di daerah kebudayaan Jawa, di Karangasem, Batang, Jawa Tengah pada 29 Juli 1941. GM begitu ia biasa disapa sudah menulis sejak berusia 17 tahun. Ia suka mendengarkan siaran puisi di RRI. Juga sempat menerjemahkan puisi karya penyair wanita Amerika, Emily "Saya memang bukan orang vokal. Tapi, kini saya merasa tidak ada lagi ukuran untuk bisa ditindak atau tidak bisa ditindak."
Itu kata Goenawan Soesatyo Mohamad setelah Tempo dicabut SIUPP-nya oleh Orde Baru. Tokoh brilian yang punya sentuhan estetik yang tinggi dalam setiap tulisannya ini memang layak kalau disebut sebagai salah satu ikon pers modern Indonesia. Tempo yang didirikan dan diasuhnya sejak 1971, bukan hanya menjadi media terkemuka, tapi juga menularkan genre pers bersastra - pers yang ditulis dengan gaya cerita pendek.
Ia datang dari sebuah dusun nelayan di daerah kebudayaan Jawa, di Karangasem, Batang, Jawa Tengah pada 29 Juli 1941. GM - begitu ia biasa disapa - sudah menulis sejak berusia 17 tahun. Ia suka mendengarkan siaran puisi di RRI. Juga sempat menerjemahkan puisi karya penyair wanita Amerika, Emily pembreidelan itu. Sejak itu, GM mengubah haluannya.
Kendati majalah yang dipimpinnya sejak 1971 lahir kembali pada 1998, GM memutuskan lengser dari kursi pemimpin redaksi. la memilih berkutat dalam komunitas budaya di Teater Utan Kayu. Selain itu, ia juga sibuk dengan lahan barunya, Radio Berita 68 H yang dioperasikan ISAI (Institut Studi Arus lnformasi).
Mungkin seperti Catatan Pinggir yang ditulisnya di Tempo, hidupnya memang tidak pemah mau menunjukkan sikap yang jelas. Mengapa? "Memang, banyak hal yang saya sendiri tak tahu jawabnya. Dunia ini sebetulnya sudah penuh dengan jawaban. Dari Ayatullah Khomeini, Karl Marx, Lenin, dari para penatar P-4, sudah cukup to?" begitu jawabannya.